Wednesday 10 February 2016

Etika [Adab] Bekerja dan Mencari Rezeki Dalam Islam


Etika [Adab] Bekerja dan Mencari Rezeki Dalam Islam

Bismillahirrohmanirrohim,

Sahabat Islam, dalam mewujudkan nilai-nilai ibadah dalam bekerja, diperlukan adab dan etika yang membingkainya, sehingga nilai-nilai luhur tersebut tidak hilang sia-sia. Diantara adab dan etika bekerja dalam Islam adalah :
1. Bekerja dengan ikhlas karena Allah SWT.
Ini merupakan hal dan landasan terpenting. Artinya ketika bekerja, niat utamanya adalah karena Allah SWT.
2. Itqon, tekun dan sungguh-sungguh dalam bekerja.
Kita tahu bahwa kehadiran tepat pada waktunya, menyelesaikan apa yang sudah menjadi kewajibannya secara tuntas, tidak menunda-nunda pekerjaan, tidak mengabaikan pekerjaan, adalah bagian yang tidak terpisahkan dari esensi bekerja itu sendiri yang merupakan ibadah kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadits, riwayat Aisyah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang hamba yang apabila ia bekerja, dia itqan (menyempurnakan) pekerjaannya." (HR. Thabrani).
3. Jujur dan amanah.
Implementasi jujur dan amanah dalam bekerja diantaranya adalah dengan tidak mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya, tidak curang, obyektif dalam menilai, dan sebagainya. Rasulullah SAW memberikan janji bagi orang yang jujur dan amanah akan masuk ke dalam surga bersama para shiddiqin dan syuhada'. Dalam hadits riwayat Imam Turmudzi : Dari Abu Said Al-Khudri ra, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Pebisnis yang jujur lagi dipercaya (anamah) akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada.”
4. Menjaga etika sebagai seorang muslim.
Bekerja juga harus memperhatikan adab dan etika sebagai seroang muslim, seperti etika dalam berbicara, menegur, berpakaian, bergaul , makan, minum, berhadapan dengan pelanggan, rapat, dan sebagainya. Bahkan akhlak atau etika ini merupakan ciri kesempurnaan iman seorang mu'min. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan :
"Orang mu'min yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik akhlaknya." (HR. Turmudzi).
5. Tidak melanggar prinsip-prinsip syariah.
Aspek lain dalam etika bekerja dalam Islam adalah tidak boleh melanggar prinsip-prinsip syariah dalam pekerjaan yang dilakukannya. Tidak melanggar prinsip syariah ini dapat dibagi menjadi beberapa hal. Pertama, dari sisi dzat atau substansi dari pekerjaannya, seperti memproduksi barang yang haram, menyebarluaskan kefasadan (seperti pornografi dan permusuhan),
riba, risywah dan sebagainya. Kedua , dari sisi penunjang yang tidak terkait langsung dengan pekerjaan, seperti tidak menutup aurat, ikhtilat antara laki-laki dengan perempuan, membuat fitnah dalam persaingan dan sebagainya. Pelanggaran-pelanggaran terhadap prinsip syariah, selain mengakibatkan dosa dan menjadi tidak berkahnya harta, juga dapat menghilangkan pahala amal shaleh kita dalam bekerja. Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya dan janganlah kalian membatalkan amal perbuatan/pekerjaan kalian..."
6. Menghindari syubhat.
Dalam bekerja terkadang seseorang dihadapkan dengan adanya syubhat atau sesuatu yang meragukan dan samar antara kehalalan dengan keharamannya. Seperti unsur-unsur pemberian dari pihak luar, yang terdapat indikasi adanya satu kepentingan terntentu. Atau seperti bekerja sama dengan pihak-pihak yang secara umum diketahui kedzaliman atau pelanggarannya terhadap syariah. Dan syubhat semacam ini dapat berasal dari internal maupun eksternal. Oleh karena itulah, kita diminta hati-hati dalam kesyubhatan ini. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
"Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara-perkara yang syubhat. Maka barang siapa yang terjerumus dalam perkara yang syubhat, maka ia terjerumus pada yang diharamkan..." (HR. Muslim)
7. Menjaga ukhuwah Islamiyah.
Aspek lain yang juga sangat penting diperhatikan adalah masalah ukhuwah islamiyah antara sesama muslim. Jangan sampai dalam bekerja atau berusaha melahirkan perpecahan di tengah-tengah kaum muslimin. Rasulullah SAW sendiri mengemukakan tentang hal yang bersifat prefentif agar tidak merusak ukhuwah Islamiyah di kalangan kaum muslimin. Beliau mengemukakan,
"Dan janganlah kalian menjual barang yang sudah dijual kepada saudara kalian" (HR. Muslim).
Karena jika terjadi kontradiktif dari hadits tersebut, tentu akan merenggangkan juga ukhuwah Islamiyah diantara mereka, saling curiga dan sebagainya. Karena masalah pekerjaan atau bisnis yang menghasilkan uang, akan sangat sensitif bagi palakunya. Kaum Anshar dan Muhajirin yang secara sifat, karakter, background dan pola pandangnya sangat berbeda telah memberikan contoh sangat positif bagi kita, yaitu ukhuwah islamiyah. Salah seorang sahabat Anshar bahkan mengatakan kepada Muhajirin, jika kamu mau, saya akan bagi dua seluruh kekayaan saya, rumah, harta, kendaraan, bahkan (yang sangat pribadipun direlakan), yaitu istri. Hal ini terjadi lantaran ukhuwah antara mereka yang demikian kokohnya.

Ranjau-Ranjau Berbahaya Dalam Dunia Kerja

Dunia kerja adalah dunia yang terkadang dikotori oleh ambisi-ambisi negatif manusia, ketamakan, keserakahan, keinginan menang sendiri, dan sebagainya. Karena dalam dunia kerja, umumnya manusia memiliki tujuan utama hanya untuk mencari materi. Dan tidak jarang untuk mencapai tujuan tersebut, segala cara digunakan. Sehingga sering kita mendengar istilah, injak bawah, jilat atas dan sikut kiri kanan. (Na'udzu billah min dzalik). Oleh karenanya, disamping kita perlu untuk menghiasi diri dengan sifat-sifat yang baik dalam bekerja, kitapun harus mewaspadai ranjau-ranjau berbahaya dalam dunia kerja serta berusaha untuk menghindarinya semaksimal mungkin. Karena dampak negatif dari ranjau-ranjau ini sangat besar, diantaranya dapat memusnahkan seluruh pahala amal shaleh kita. Berikut adalah diantara beberapa sifat-sifat buruk dalam dunia kerja yang perlu dihindari dan diwaspadai:
1. Hasad (Dengki)
Hasad atau dengki adalah suatu sifat, yang sering digambarkan oleh para ulama dengan ungkapan "senang melihat orang susah, dan susah melihat orang senang". Sifat ini sangat berbahaya, karena akan "menghilangkan" pahala amal shaleh kita dalam bekerja.Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
Dari Abu Hurairah ra berkata, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah oleh kalian sifat hasad (iri hati), karena sesungguhnya hasad itu dapat memakan kebaikan sebagaimana api melalap kayu bakar.” (HR. Abu Daud)
2. Saling Bermusuhan
Tidak jarang, ketika orang yang sama-sama memiliki ambisi dunia berkompetisi untuk mendapatkan satu jabatan tertentu, atau ingin mendapatkan "kesan baik" di mata atasan, atau sama-sama ingin mendapatkan proyek tertentu, kemudian saling fitnah, saling tuduh, lalu saling bermusuhan. Jika sifat permusuhan merasuk dalam jiwa kita, dan tidak berusaha kita hilangkan, maka akibatnya juga sangat fatal, yaitu bahwa amal shalehnya akan "dipending" oleh Allah SWT, hingga mereka berbaikan. Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda :
Dari Abu Hurairah ra berkata,bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pintu-pintu surga dibuka pada hari senin dan kamis, maka pada hari itu akan diampuni dosa setiap hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali seseorang yang sedang bermusuhan dengan saudaranya sesama muslim, maka dikatakan kepada para malaikat, “Tangguhkan dua orang ini sampai mereka berbaikan.” (HR. Muslim).
3. Berprasangka Buruk
Sifat inipun tidak kalah negatifnya. Karena ambisi tertentu atau hal tertentu, kemudian menjadikan kita bersu'udzon atau berprasangka buruk kepada saudara kita sesama muslim, yang bekerja dalam satu atap bersama kita, khususnya ketika ia mendapatkan reward yang lebih baik dari kita. Sifat ini perlu dihindari karena merupakan sifat yang dilarang oleh Allah & Rasulullah SAW, di samping juga bahwa sifat ini merupakan pintu gerbang ke sifat negatif lainnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
“Jauhilah oleh kalian prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka buruk itu adalah sedusta-dustanya perkataan. Dan janganlah kalian mencari-cari berita kesalahan orang lain, dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah kalian saling mementingkan diri sendiri, dan janganlah kalian saling dengki, dan janganlah kalian saling marah, dan jangan lah kalian saling memusuhi dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersudara.” (HR. Muslim)
4. Sombong
Di sisi lain, terkadang kita yang mendapatkan presetasi sering terjebak pada satu bentuk kearogansian yang mengakibatkan pada sifat kesombongan. Merasa paling pintar, paling profesional, paling penting kedudukan dan posisinya di kantor, dan sebagainya. Kita harus mewaspadai sifat ini, karena ini merupakan sifatnya syaitan yang kemudian menjadikan mereka dilaknat oleh Allah SWT serta dijadikan makhluk paling hina diseluruh jagad raya ini. Sifat ini pun sangat berbahaya, karena dapat menjadikan pelakunya diharamkan masuk ke dalam surga (na'udzu billah min dzalik). Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda :
"Tidak akan pernah masuk ke dalam surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat satu biji sawi sifat kesombongan" (HR. Muslim).
5. Namimah (mengadu domba)
Indahnya dunia terkadang membutakan mata. Keingingan mencapai sesuatu, meraih kedudukan tinggi, memiliki gaji yang besar, tidak jarang menjerumuskan manusia untuk saling fitnah dan adu domba. Sifat ini teramat sangat berbahaya, karena akan merusak tatanan ukhuwah dalam dunia kerja. Di samping itu, sifat sangat dimurkai oleh Allah serta dibenci Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda :
Dari Hudzaifah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersbada :
“Tidak akan masuk surga sesroang yang suka mengadu domba.” (HR Bukhari Muslim)
Sahabat Islam, masih banyak sesungguhnya sifat-sifat lain yang perlu dihindari. Namun setidaknya kelima ranjau berbahaya tadi, dapat menggugah kita untuk menjauhi segala ranjau-ranjau berbahaya lainnya khususnya dalam kehidupan dunia kerja. Jadi, sekarang mari kita bekerja dengan niat ikhlas, hiasi dengan sifat-sifat positif dan songsonglah hari esok dengan penuh kegemilangan serta keridhaan dari Allah SWT.

adab mencari rezeki yang halal
Adab Mencari Rezeki

Dunia adalah tempat kita bercocok tanam. Sedang akhirat, tempat kita menuai basil. Meski demikian, Islam tak pernah melarang umatnya untuk berikhtiar mengais rezeki dunia. Hanya saja, ada beberapa rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam mencari rezeki tersebut.
1. Mencari Rezeki adalah Ibadah
Motivasi paling kuat dalam mencari rezeki adalah menjadikannya sebagai amal ibadah. Firman Allah, “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kalian di muka bumi, dan carilah karunia Allah sebanyak-banyaknya dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (al-Jumu’ah [62]: 10).
2. Memelihara Iman
Modal awal seorang Muslim dalam berusaha adalah takwa. Selain itu, ia juga menjadi kunci utama mendatangkan rezeki. Allah berfirman, “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (ath-Thalaq [65[: 2-3).
3. Mencari yang Halal
Sabda Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam (SAW), "Tak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba sampai ia ditanya tentang umurnya, untuk apa dia habiskan? Tentang ilmunya, dalam hal apa dia amalkan? Tentang hartanya, darimana dia dapatkan dan kemana ia nafkahkan? Dan tentang badannya, dalam hal apa dia binasakan?" (Riwayat at-Tirmidzi, dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Targhib wa Tarhib).
4. Memperbanyak Istighfar dan Taubat
Firman Allah, "Maka Aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, memperbanyak harta dan anak-anakmu, mengadakan untukmu kebun-kebun, dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (Nuh [71]: 10-12).
5. Rajin Berinfak
Ibnu Katsir menjelaskan: Betapapun sedikit harta yang kamu infakkan pada perkara yang diperintahkan kepadamu, ataupun yang bersifat mubah (boleh), niscaya Allah pasti menggantinya untukmu di dunia. Sedang di akhirat kamu akan diberi pahala dan ganjaran. Firman Allah, “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya dan Dialah sebaik-baik pemberi rezeki.” (Saba’ [34]: 39).
6. Ringan Tangan kepada Orang Lemah
Memuliakan dan suka menolong orang lemah menjadi salah satu rahasia dalam mencari rezeki. Sabda Nabi SAW, “Tidaklah kalian mendapatkan pertolongan dan mendapatkan rezeki melainkan disebabkan orang-orang lemah di antara kalian.” (Riwayat al-Bukhari).
7. Menyambung Tali Silaturahim
Sabda Rasulullah SAW, “Pelajarilah nasab-nasab kalian agar kalian dapat menyambung tali silaturahim kerabat-kerabat kalian. Karena sesungguhnya menyambung tali silaturaltim itu adalah sebab kecintaan di dalam keluarga, sebab berlimpahnya harta, dan sebab tertundanya ajal (umur diperpanjang).” (Riwayat Ahmad, at-Tirmidzi, dan al-Hakim)
8. Tidak Meminta-minta
Sabda Nabi SAW, “Salah seorang dari kalian senantiasa meminta-minta sehingga dia akan menjumpai Allah dalam keadaan tidak ada daging di wajahnya.” (Muttafaq ‘alaihi).
9. Bersikap Zuhud
Zuhud adalah obat penawar dari kegemerlapan dunia. Dengannya, seorang Muslim dapat terjaga dari fitnah dunia. Wasiat Nabi SAW, “Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau orang yang sedang dalam perjalanan.” (Riwayat al-Bukhari)
10.Tawakkal kepada Allah
Firman Allah, “Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” (Ath-Thalaq [65]:s . Tawakkal di sini tak bermakna berpangku tangan, tanpa mau berusaha sedikit pun.***[masykur/tyn/infokito.net]
Wallahu a’lam bish showab
Wabillahi taufik wal hidayah

No comments:

Post a Comment