Thursday 11 February 2016

Hadits Arba’in, No. 4: Proses Penciptaan Manusia dan Telah Ditetapkannya Amalan Hamba


Hadits Arba’in, No. 4: Proses Penciptaan Manusia dan Telah Ditetapkannya Amalan Hamba

by ABU AMMAR AL-ATSARI

Bismillahirrohmanirrohim

ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺑﻦِ ﻣَﺴْﻌُﻮْﺩٍ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻗَﺎﻝَ : ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟﺼَّﺎﺩِﻕُ ﺍﻟْﻤَﺼْﺪُﻭْﻕُ : ﺇِﻥَّ ﺃَﺣَﺪَﻛُﻢْ ﻳُﺠْﻤَﻊُ ﺧَﻠْﻘُﻪُ ﻓِﻲ ﺑَﻄْﻦِ ﺃُﻣِّﻪِ ﺃَﺭْﺑَﻌِﻴْﻦَ ﻳَﻮْﻣﺎً ﻧُﻄْﻔَﺔً، ﺛُﻢَّ ﻳَﻜُﻮْﻥُ ﻋَﻠَﻘَﺔً ﻣِﺜْﻞَ ﺫَﻟِﻚَ، ﺛُﻢَّ ﻳَﻜُﻮْﻥُ ﻣُﻀْﻐَﺔً ﻣِﺜْﻞَ ﺫَﻟِﻚَ، ﺛُﻢَّ ﻳُﺮْﺳَﻞُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺍﻟْﻤَﻠَﻚُ ﻓَﻴَﻨْﻔُﺦُ ﻓِﻴْﻪِ ﺍﻟﺮُّﻭْﺡَ، ﻭَﻳُﺆْﻣَﺮُ ﺑِﺄَﺭْﺑَﻊِ ﻛَﻠِﻤَﺎﺕٍ : ﺑِﻜَﺘْﺐِ ﺭِﺯْﻗِﻪِ ﻭَﺃَﺟَﻠِﻪِ ﻭَﻋَﻤَﻠِﻪِ ﻭَﺷَﻘِﻲٌّ ﺃَﻭْ ﺳَﻌِﻴْﺪٌ . ﻓَﻮَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﻏَﻴْﺮُﻩُ ﺇِﻥَّ ﺃَﺣَﺪَﻛُﻢْ ﻟَﻴَﻌْﻤَﻞُ ﺑِﻌَﻤَﻞِ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﺣَﺘَّﻰ ﻣَﺎ ﻳَﻜُﻮْﻥُ ﺑَﻴْﻨَﻪُ ﻭَﺑَﻴْﻨَﻬَﺎ ﺇِﻻَّ ﺫِﺭَﺍﻉٌ ﻓَﻴَﺴْﺒِﻖُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏُ ﻓَﻴَﻌْﻤَﻞُ ﺑِﻌَﻤَﻞِ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻓَﻴَﺪْﺧُﻠُﻬَﺎ، ﻭَﺇِﻥَّ ﺃَﺣَﺪَﻛُﻢْ ﻟَﻴَﻌْﻤَﻞُ ﺑِﻌَﻤَﻞِ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﺣَﺘَّﻰ ﻣَﺎ ﻳَﻜُﻮْﻥُ ﺑَﻴْﻨَﻪُ ﻭَﺑَﻴْﻨَﻬَﺎ ﺇِﻻَّ ﺫِﺭَﺍﻉٌ ﻓَﻴَﺴْﺒِﻖُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏُ ﻓَﻴَﻌْﻤَﻞُ ﺑِﻌَﻤَﻞِ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻓَﻴَﺪْﺧُﻠُﻬَﺎ ‏[ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴﻠﻢ ]
Dari Abu ‘Abdirrahman ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu , ia mengatakan: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan kepada kami, dan beliau adalah ash-Shaadiqul Mashduuq (orang yang benar lagi dibenarkan perkataannya) beliau bersabda: “Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi
‘alaqah (segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging).
Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu rizkinya, ajalnya, amalnya dan celaka atau bahagianya.
Maka demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli Surga sehingga jarak antara dirinya dengan Surga hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli Neraka, maka dengan itu ia memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli Neraka sehingga jarak antara dirinya dengan Neraka hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli Surga, maka dengan itu ia memasukinya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini mengandung beberapa pelajaran.
1. Tahapan Penciptaan Manusia
Pertama: Allah menciptakan manusia dari setetes air mani yang hina yang menyatu dengan ovum (fase nuthfah ).
٦ . ﺧُﻠِﻖَ ﻣِﻦ ﻣَّﺎﺀ ﺩَﺍﻓِﻖٍ
٧ . ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻣِﻦ ﺑَﻴْﻦِ ﺍﻟﺼُّﻠْﺐِ ﻭَﺍﻟﺘَّﺮَﺍﺋِﺐِ
“Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, yang keluar dari antara tulang sulbi (tulang punggung laki-laki) dan tulang dada (perempuan).” (QS. Ath-Thaariq: 6-7)
Kedua : Kemudian setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut Allah menjadikannya segumpal darah yang disebut ‘alaqah .
٢ . ﺧَﻠَﻖَ ﺍﻟْﺈِﻧﺴَﺎﻥَ ﻣِﻦْ ﻋَﻠَﻖٍ
“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS. Al-‘Alaq: 2)
Ketiga : Kemudian setelah lewat 40 hari–atau 80 hari dari fase nuthfah –fase ‘alaqah beralih ke fase mudhghah, yaitu segumpal daging.
ﺛُﻢَّ ﻣِﻦ ﻣُّﻀْﻐَﺔٍ ﻣُّﺨَﻠَّﻘَﺔٍ ﻭَﻏَﻴْﺮِ ﻣُﺨَﻠَّﻘَﺔٍ
“… Kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna …” (QS. Al-Hajj: 5)
Keempat: Kemudian setelah lewat 40 hari–atau 120 hari dari fase nuthfah –dari segumpal daging (mudhghah) tersebut Allah menciptakan daging yang bertulang, dan Dia memerintahkan Malaikat untuk meniupkan ruh padanya serta mencatat empat kalimat, yaitu rizki, ajal, amal dan sengsara atau bahagia .
١٤ . ﺛُﻢَّ ﺧَﻠَﻘْﻨَﺎ ﺍﻟﻨُّﻄْﻔَﺔَ ﻋَﻠَﻘَﺔً ﻓَﺨَﻠَﻘْﻨَﺎ ﺍﻟْﻌَﻠَﻘَﺔَ ﻣُﻀْﻐَﺔً ﻓَﺨَﻠَﻘْﻨَﺎ ﺍﻟْﻤُﻀْﻐَﺔَ ﻋِﻈَﺎﻣﺎً ﻓَﻜَﺴَﻮْﻧَﺎ ﺍﻟْﻌِﻈَﺎﻡَ ﻟَﺤْﻤﺎً ﺛُﻢَّ ﺃَﻧﺸَﺄْﻧَﺎﻩُ ﺧَﻠْﻘﺎً ﺁﺧَﺮَ ﻓَﺘَﺒَﺎﺭَﻙَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺃَﺣْﺴَﻦُ ﺍﻟْﺨَﺎﻟِﻘِﻴﻦَ
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al-Mu’minuun: 14)
2. Peniupan Ruh
Para ulama sepakat bahwa ruh ditiupkan pada janin ketika janin berusia seratus dua puluh hari, terhitung sejak bertemunya sel sperma dengan ovum . Ruh adalah sesuatu yang membuat manusia hidup dan ini sepenuhnya urusan Allah.
٨٥ . ﻭَﻳَﺴْﺄَﻟُﻮﻧَﻚَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺮُّﻭﺡِ ﻗُﻞِ ﺍﻟﺮُّﻭﺡُ ﻣِﻦْ ﺃَﻣْﺮِ ﺭَﺑِّﻲ ﻭَﻣَﺎ ﺃُﻭﺗِﻴﺘُﻢ ﻣِّﻦ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢِ ﺇِﻻَّ ﻗَﻠِﻴﻼً
“Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah: ‘Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit’.” (QS. Al-Israa’: 85)
3. Wajibnya Beriman Kepada Qadha dan Qadar
Pada hakikatnya, Allah telah mentakdirkan segala sesuatu sejak 50.000 tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah telah mencatat seluruh taqdir makhluk 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim [2653], At-Tirmidzi [2156], dan Ahmad [II/169] dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhu )
a. Rizki
Allah Yang Maha Pemurah telah menetapkan rizki bagi seluruh makhuk-Nya, dan setiap makhluk tidak akan mati apabila rizkinya belum sempurna.
٦ . ﻭَﻣَﺎ ﻣِﻦ ﺩَﺁﺑَّﺔٍ ﻓِﻲ ﺍﻷَﺭْﺽِ ﺇِﻻَّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺭِﺯْﻗُﻬَﺎ ﻭَﻳَﻌْﻠَﻢُ ﻣُﺴْﺘَﻘَﺮَّﻫَﺎ ﻭَﻣُﺴْﺘَﻮْﺩَﻋَﻬَﺎ ﻛُﻞٌّ ﻓِﻲ ﻛِﺘَﺎﺏٍ ﻣُّﺒِﻴﻦٍ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Huud: 6)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan sederhanalah dalam mencari nafkah. Karena sesungguhnya seseorang tidak akan mati hingga sempurna rizkinya. Meskipun (rizki itu) bergerak lamban. Maka, bertakwalah kepada Allah dan sederhanalah dalam mencari nafkah, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram.”
(HR. Ibnu Majah [2144], Ibnu Hibban [1084, 1085–Mawaarid], Al-Hakim [II/4] dan Al-Baihaqi [V/264] dari Sahabat Jabir Radhiyallahu ‘anhu . Dishahihkan oleh Al-Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah [No. 2607])
b. Ajal
١٤٥ . ﻭَﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻟِﻨَﻔْﺲٍ ﺃَﻥْ ﺗَﻤُﻮﺕَ ﺇِﻻَّ ﺑِﺈِﺫْﻥِ ﺍﻟﻠﻪ ﻛِﺘَﺎﺑﺎً ﻣُّﺆَﺟَّﻼً ﻭَﻣَﻦ ﻳُﺮِﺩْ ﺛَﻮَﺍﺏَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻧُﺆْﺗِﻪِ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻭَﻣَﻦ ﻳُﺮِﺩْ ﺛَﻮَﺍﺏَ ﺍﻵﺧِﺮَﺓِ ﻧُﺆْﺗِﻪِ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻭَﺳَﻨَﺠْﺰِﻱ ﺍﻟﺸَّﺎﻛِﺮِﻳﻦَ
“Dan sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali-‘Imran: 145)
c. Amal
Allah telah mencatat amal-amal setiap makhluk-Nya, baik dan buruknya. Akan tetapi setiap makhluk Allah pasti akan beramal, amal baik ataupun amal buruk. Dan Allah dan Rasul-Nya memerintahkan para hamba-Nya untuk beramal baik.
d. Celaka atau Bahagia
Yang dimaksud “celaka” dalam hadits ini adalah orang yang celaka dengan dimasukkannya ke Neraka, dan yang dimaksud “bahagia” adalah orang yang selamat dengan dimasukkan ke dalam Surga.
Apabila ada yang bertanya: “Lalu untuk apalagi beramal jika semuanya telah tercatat (ditakdirkan)?” Maka, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hal ini ketika menjawab pertanyaan seorang Sahabat. Beliau bersabda,
“Beramallah kalian karena semuanya telah dimudahkan oleh Allah menurut apa yang Allah ciptakan baginya. Adapun orang yang termasuk golongan orang-orang yang berbahagia, maka ia dimudahkan untuk beramal dengan amalan orang-orang yang berbahagia. Dan adapun orang yang termasuk golongan orang-orang yang celaka, maka ia dimudahkan untuk beramal dengan amalan orang-orang yang celaka.”
Kemudian beliau membacakan ayat,
٥ . ﻓَﺄَﻣَّﺎ ﻣَﻦ ﺃَﻋْﻄَﻰ ﻭَﺍﺗَّﻘَﻰ
٦ . ﻭَﺻَﺪَّﻕَ ﺑِﺎﻟْﺤُﺴْﻨَﻰ
٧ . ﻓَﺴَﻨُﻴَﺴِّﺮُﻩُ ﻟِﻠْﻴُﺴْﺮَﻯ
٨ . ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﻣَﻦ ﺑَﺨِﻞَ ﻭَﺍﺳْﺘَﻐْﻨَﻰ
٩ . ﻭَﻛَﺬَّﺏَ ﺑِﺎﻟْﺤُﺴْﻨَﻰ
١٠ . ﻓَﺴَﻨُﻴَﺴِّﺮُﻩُ ﻟِﻠْﻌُﺴْﺮَﻯ
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (Surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (QS. Al-Lail: 5-10)
(HR. Al-Bukhari [4949] dan Muslim [2647])
4. Yang Menjadi Penentu adalah Amal Seseorang di Akhir Kehidupannya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan dua keadaan manusia di akhir hayatnya.
Pertama, ada seseorang yang beramal dengan amalan ahli Surga akan tetapi di akhir hayatnya justru ia beramal dengan amalan ahli Neraka yang dengan itu ia masuk Neraka. Hal ini ada beberapa kondisi:
a. Dalam pandangan manusia bahwa kaum munafik pun beramal dengan amalan ahli Surga, seperti shalat, zakat, shadaqah dan lainnya, akan tetapi hatinya benci terhadap Islam, maka di akhir hayatnya dia akan beramal dengan amalan ahli Neraka yang dengan itu ia masuk Neraka.
. Orang yang beramal dengan amalan ahli Surga, akan tetapi ia riya’ (ingin dilihat dan dipuji manusia), dan ia terus-menerus dalam keadaan demikian, oleh karenanya Allah hapuskan ganjaran amalannya. Allahu Musta’aan
c. Orang yang pada masa hidupnya beramal dengan amalan ahli Surga, akan tetapi di akhir hayatnya ia digoda syaithan dan terkena fitnah syahwat atau syubhat sehingga ia beramal dengan amalan ahli Neraka yang dengan itu ia masuk Neraka. Allahuma inna nas-alukal ‘afwa wal-‘afiah
. Orang yang beramal dengan amalan ahli Surga, akan tetapi di akhir hayatnya ia tidak sanggup menghadapi cobaan dan ujian.
e. Orang yang beramal dengan amalan ahli Surga, akan tetapi di akhir hayatnya ia mengucapkan kata-kata kufur yang dengan itu ia masuk Neraka. Allahu Musta’aan
Kedua , yaitu orang yang beramal dengan amalan ahli Neraka akan tetapi di akhir hayatnya ia beramal dengan amalan ahli Surga–yaitu bertaubat kepada Allah dengan taubat yang jujur–yang dengan itu ia masuk Surga.
Ketahuilah–semoga Allah merahmati kita semua, hadits ini menunjukkan bahwa amal tergantung pada akhirnya. Oleh karena itu, kita tidak boleh tertipu dengan amal-amal yang telah kita kerjakan. Kita tidak boleh berkeyakinan bahwa banyaknya amal yang telah dilakukan menjamin kita masuk Surga. Akan tetapi yang harus dilakukan adalah senantiasa memohon kepada Allah Ta’ala agar memasukkan kita ke dalam Surga dan dijauhkan dari api Neraka serta memohon kepada Allah Ta’ala agar amal-amal kita diterima oleh-Nya. Hendaknya seorang Muslim berada dalam dua keadaan, yaitu khauf (takut) dan raja’ (harap).

Semoga bermanfaat. Wallahu  a’lam Bish showab

Ma’raji: Syarah Arba’in an-Nawawi. Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Pustaka Imam Asy-Syafi’i.

No comments:

Post a Comment